[BeraniCerita #29] Tiga Puluh Enam

image

Satu batang rokok disulut api.

Ujung selubungnya memerah sesaat, lalu berdesis bersama tembakau yang terbakar. Mata laki-laki itu memejam ketika bibir hitam mengulum filter putih yang manis. Khidmat sekali. Pipinya yang kurus menjadi semakin kempot. Entah apa yang ingin dibunuhnya dengan nikotin yang diisap begitu dalam. Rasa sakit, takut, beban hidup.

Entah.

Dia sendiri tidak mengerti.

Yang ia tahu, ketika kepulan asap terhambur dari mulut dan hidungnya, ada kumparan kelegaan yang berkata, “Menantang diri sendiri. Meniti jalan penuh adrenalin. Beginilah seharusnya menjadi lelaki.”

Rokok diisap hingga tinggal separuh.

Dulu laki-laki itu tidak mengira akan mencandui tembakau sampai segila ini. Ketika usianya dua belas tahun, sesapan pertama sudah membuat dadanya seperti akan meledak karena batuk yang tak kunjung berhenti. Tapi sekarang, empat bungkus rokok sehari. Tiga ratus enam puluh lima hari dalam setahun. Kalikan dengan dua puluh tiga tahun, sejak pertama kali ia mencoba menjejalkan kerumunan racun itu ke dalam paru.

Orang-orang bilang, ia mencoba bunuh diri. Ah. Mereka hanya mampu menduga dan berasumsi. Bersama batang-batang rokok yang terbakar, ide-idenya brilian. Buah karyanya cemerlang. Tubuhnya mampu melawan lelah dan lapar. Makan? Oh. Dia jarang sekali makan. Nikotin, tar, karbon monoksida, dan teman-temannya sudah cukup mengisi kekosongan yang meronta dalam tubuhnya.

Laki-laki itu tak pernah merasa gagal menjadi laki-laki perkasa. Tembakau adalah belahan jiwanya. Sahabat di masa tersulit. Kekasih di kala ia patah hati.

Sesekali mengalami nyeri tenggorokan bukanlah hal yang patut dibesar-besarkan. Atau dua-tiga kali mengalami nyeri dada. Laki-laki itu menerima sang belahan jiwa apa adanya. Termasuk ketika semakin sering ia dapati sesuatu berwarna merah di dahaknya.

Tinggal satu sesapan.

Laki-laki itu menatap rokoknya dengan nanar.

Seharusnya, lelaki tidak boleh menyesal. Tapi apa mau dikata. Nyatanya, ia telah menjatuhkan kesetiaan pada bahaya. Butiran abu bisa terbang bersama angin. Namun di dalam tubuhnya, belahan jiwa telah menyisakan penyakit yang melimbungkannya. Menenggelamkan sebongkah batu besar yang membuatnya sulit bernapas. Menggerogoti kantong-kantong udara di parunya hingga batuk berdarah-darah.

Puntung rokok tersisa di sela jari tangannya.

Seluruh abu telah meluruh ke tanah. Tak ada lagi kepulan asap. Tidak ada lagi tembakau yang mampu disesap.

Laki-laki itu menjejalkan ujung rokok ke tanah merah. Menengadahkan kepala dan menghela udara tanpa tembakau setelah sekian lama. Air mata yang tertahan akhirnya jatuh juga.

“Tiga puluh enam. Mungkin, jika bisa berhenti atau tidak mencoba sama sekali, aku bisa mengukir angka lebih banyak di sana,” pikir sang laki-laki saat memandang gundukan basah bernisankan namanya.

***

Malang, 28th Sept 2013

Pesan pribadi: STOP MEROKOK! (‘-‘)9

banner-BC_29

  1. Ah, suka FF kaya gini. FF yang dimix ama fiksi mini.
    Tapi berasa ada yang kurang, ga ada kata-kata romantis seperti biasa.
    Seperti bukan cerita Bu Dokter. 🙂

    • jampang
    • September 29th, 2013

    keren…. keren….

  2. pesan stop merokoknya di ceritakan secara halus…gak menggurui..
    keren mba..:)

  3. Kok kayaknya double post yah 😀

  4. Rokok…. benda sangat berbahaya, tapi banyak diminati
    Ceritanya bagus lho mba… 🙂

    • Iya… kadang alasan ngerokok karena terlanjur T.T
      Makasih ya, Mbak ^^

  5. stop merokok.. 🙂

    • chiemayindah
    • September 29th, 2013

    pesannya dapat banget Mbak… Keren.. ^^

  6. dengerin kata BuDok nih dengerriiiiiiin!! *kenapa esmosi ya?* hihihihi
    Nice writing Noi 😉

    • Esmosi buat siapa ini, Mbak? *kepo united*
      hehehehe…
      Makasi, Mbak Orin :”)

  7. Idenya simple, tapi disampaikan dengan indah Mbak 😀

    • hana
    • September 30th, 2013

    mau tanya, gak bisa bikin cerita jelek ya? 😀

  8. #umpetin rokoknya

    • Diumpetin kan biar orang lain ndak tau aja. Tapi rokok dan masalah di belakangnya tetep ada 🙂

  9. Jawaban pesan pribadi: belum bisa, Dok! Hiks

    • Belum bisa atau belum mauuu? x)))
      Ayo semangat! Pasti Kak Eksak ingin umur panjang dengan tubuh yg sehat kan ^^

    • Agfian Muntaha
    • October 4th, 2013

    Setelah baca tulisan ini, seketika itu juga, saya langsung tidak merokok, 😀

    • Semoga tetap istiqomah yaaa :”)

        • Agfian Muntaha
        • October 4th, 2013

        satu jam yang lalu baru aja ngerokok lagi, tapi sekarang udah gak ngerokok lagi kok… -___-

      • ^^

  10. ini cerita benar-benar bisa menggambarkan tentang keadaan si perokok. nice story 🙂

  1. No trackbacks yet.

Saya sangat menerima kritik, saran dan kasih sayang