Perihal Surat Ijin Mengemudi

Memperoleh SIM atau Surat Ijin Mengemudi memang sebuah kebanggaan tersendiri. Apalagi bagi ABG yang duduk di bangku SMA, di mana hampir semua teman sudah bergaya dengan motor dan helm standar yang berwarna-warni. Memiliki SIM berarti sudah patut dan layak berkendara dengan motor di jalan raya. Bisa petantang-petenteng ketika dicegat polisi sambil menunjukkan SIM yang masih hangat. Meskipun SIM itu diperoleh dari hasil memalsukan tahun kelahiran.

Dan saya, termasuk ABG yang menambah satu tahun kelahiran agar bisa mendapat SIM di kelas dua SMA.

Sebelum mendapatkan SIM, saya tidak terlalu lancar berkendara. Mungkin hanya pernah melalui jalan besar yang sepi sekitar lima kali dengan riwayat satu kali menabrak pagar rumah sendiri dan satu kali menabrak pantat mobil pick up tetangga. Tapi luka babras dan rasa nyeri yang saya rasakan setiap kali nabrak dan terjatuh tidak membuat saya kapok. Saya tetap nekat mengendarai motor. Hingga orang tua saya menyerah dan akhirnya ‘nembak’ SIM C untuk saya agar tidak terjadi apa-apa jika dicegat polisi. Dan kenekatan saya telah memberi batu sandungan di karir menyetir saya.

Di sebuah sore yang cerah, di hari pertama saya mendapatkan SIM C, dengan jumawa, sang pengendara motor membonceng teman sekelas tanpa memedulikan bahwa tangan dan kakinya belum terkoordinasi dengan baik dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tidak terduga dari berbagai arah. Hingga akhirnya di sebuah tikungan, tiba-tiba dari arah berlawanan, muncul seorang bapak paruh baya mengendarai sepeda kayuh. Sang pengendara motor panik. Ia tidak mampu mengendalikan motornya yang sebenarnya tidak terlalu kencang. Hanya 40 KM/jam. Tapi apa mau dikata. Niat hati, kaki dan tangan mengerem sekuat tenaga, tapi tangan kanan justru menarik gas lebih kencang. Motor terpental. Menabrak trotoar.

Untungnya, kecelakaan tidak memakan korban. Baik bapak paruh baya pengayuh sepeda, maupun teman yang dibonceng pengendara jumawa. Tapi kecelakaan itu cukup menyebabkan satu orang pingsan dengan riwayat amnesia, luka babras dan memar di sekujur tubuh. Tidak lupa ditambah rasa malu dan kekhawatiran bagaimana caranya menyampaikan apa yang sudah terjadi pada orang tuanya. Iya, orang itu adalah saya. Amnesia itu, untungnya (lagi), terjadi tidak terlalu lama. Tapi cukup membuat saya syok dan  menangis semalaman. Tidak ketinggalan, mengerang-erang kesakitan karena seluruh tubuh terasa bagai dikeroyok massa.

Pengalaman ini membuat saya belajar. Bahwa ijin mengemudi tidak hanya perihal mahir dan tidak mahir, anak-anak atau sudah dianggap dewasa oleh negara. Saya, yang saat itu masih ABG labil, terlalu sombong mengira motor itu hanya urusan gas-rem-belok kanan-belok kiri semata. Saya yang baru belajar malah berani membonceng seorang kawan. Mungkin, saat itu saya tidak peduli pada pentingnya lampu sen. Atau kapan saatnya menurunkan kecepatan dan gigi. Atau kapan saatnya menggunakan rem tangan dan kaki. Mungkin saat itu saya tidak mau tahu kapan waktunya mempercepat laju kendaraan atau melambatkan laju di sebuah persimpangan.

Sejatinya, Surat Ijin Mengemudi adalah sebuah ijin bagi orang-orang yang mampu bersikap bijak di jalan raya dengan kendaraannya. SIM adalah ijin dari negara bagi orang-orang yang paham bagaimana caranya bergaul pengendara lain. Maka jangan sia-siakan SIM yang kita punya. Jangan sampai perilaku ceroboh kita mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

Demikian.

***

Words count: 494

Malang, 30th June 2013

Cerita tentang amnesia di atas pernah saya post (lebih lengkap) di sini

Tulisan ini diikutsertakan dalam “Giveaway SIM yang diadakan oleh Kinzihana“.

  1. haha waktu seusia itu emang seneng2e gemagusan n kemayuan kok, tp saya dulu nggak dibolehin ngatrol umur, disengaja biar tetep mau bsabar n blatih terus

    • Iyah, saya pengen cepet ngerasa kecakepan di jalan, jadinya malah ancur ndak karuan hehe

    • kinzihanahana
    • June 30th, 2013

    Makasih ya sudah berpatisipasi

  2. hahaha harus sogok juri dulu haha ntar mak isti datang 😀

    • Just kidding, Kak… Lagipula tulisan ini terlalu sederhana hehehe ^^

    • asdar
    • July 1st, 2013

    Ingat sama tulisan aslinya…..amnesia retrograde kan

    Untungnya lgsg pulih ya^^
    #kalo lupa memori seluruhnya jadinya kaya’ gmn……..mmmmmmhh#

    • Hehehe iya, Dok. Alhamdulillah langsung pulih. Kalo ndak, mungkin ndak bakal sampe ke Alor xD

  1. No trackbacks yet.

Saya sangat menerima kritik, saran dan kasih sayang