Ampas Kopi di Dasar Gelas

image

“Ning, kopi tubruk siji, yo.”

Ning mengangguk dan tersenyum. Ia mengecilkan api kompor minyak agar gorengannya tidak gosong, sebelum membuat kopi pesananku.

“Monggo, Mas,” ujarnya sembari menunduk dan meletakkan kopi hitam di hadapanku. Lipatan dadanya menyembul dari balik kemeja bunga-bunga.

Lalu pandangan kami bertubrukan. Senyum malu-malu Ning merona. Membuat dentuman tak karuan di dada.

Ning berbalik dan membalik gorengannya. Aku menyesap kopi perlahan. Sambil tetap mencuri pandang pada pinggul Ning yang bergoyang-goyang.

Kopi tubruk telah tandas. Hanya ampas kopi yang teresidu di dasarnya. Sedangkan rinduku pada Ning meresap sampai ke jiwa. Dan omelan istriku pagi tadi, menguap entah ke mana.

***

Diikutsertakan dalam #FF100Kata

  1. entah kenapa bu dok, mbak mel, sama saya, menjadikan ampas kopi jadi bagian berselingkuh. dengan cara masing2, dengan nuansa lokal masing2.:)

    • Nuansa lokal di FF ndak kerasa, sih T.T
      Tapi memang kemarin, satu hal yang langsung terpikir tentang ampas kopi itu langsung begini .___.
      Atau karena kita bertiga sehati? *alaaah*

  2. Ada saat di mana buatku twisted ending nggak penting. Aku lagi belajar gali kelokalan budaya di ff 100 kata ini.

    • Semangat, Mbak. Buat Tulisnusantara juga ya? 😀

      • aku nggak ikut, Nin. buat latihan aja sih.

      • Lanjutkan, Mbak Mel… ^^

  3. mbak nina blakangan ini ceritanya manis2 ya,, :p

  1. December 5th, 2013

Saya sangat menerima kritik, saran dan kasih sayang